dedys

Thursday, December 10, 2009

tanaman kopi

1.1. Sentra Penanaman

Kopi ditanam hampir di setiap negara tropis. Amerika Selatan dan Amerika Tengah merupakan penghasil kopi terbesar. Di bagian bumi sebelah barat, produksi kopi menguasai 2/3 produksi dunia dengan Brasil menghasilkan hampir 31%. Colombia, Meksiko, Costarika, Ekuador dan Venesuela merupakan penghasil kopi di belahan bumi sebelah Barat. Sedangkan di belahan bumi timur, penghasil kopi adalah India, Indonesia, Vietnam, Angola, Belgia, Kongo, Ethiopia, Afrika Barat, Perancis, Kenya, Madagaskar, Rwanda, Burundi, Tanyaika dan Uganda.
Di Indonesia, berdasarkan data tahun 1993, pasokan produksi terbesar dari Lampung, yaitu mencapai 106.591 ton (21%), sedangkan pemasok kedua terbesar adalah Sumatera Selatan dengan 90.783 ton (18%), dan yang ketiga adalah Sumatera Utara dengan 56.122 (11%).

1.2. Jenis Tanaman

Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang sering dibudidayakan hanya kopi Arabika, Robusta dan Liberika. Beberapa varietas/klon yang selama ini dianggap unggul dan dianjurkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan serta BPP antara lain:
Jenis Arabika untuk lahan pada ketinggian 500-700 m dpl dan dibiakkan melalui stek: (1) skala besar: Klon S 795; (2) skala kecil: Klon S 288 dan Klon S 333.
Jenis Arabika untuk lahan pada ketinggian 700-1700 m dpl. dan dibiakkan melalui sambungan atau setek: (1) skala besar: Klon S 795, AB3, AB4; (2) skala kecil: Klon Maesan, 1-D7, S 288, S 333; (3) skala percobaan: Klon USDA 230762, USDA 231001, USDA 230731, USDA 230765, USDA 231006, USDA 206412.
Jenis Robusta yang dibiakkan melalui stek atau sambungan untuk lahan pada ketinggian kurang dari 700 m dpl: (1) skala besar: Klon BP 409, BP 358, SA 237, BP 234, BP 42, BP 288 (khusus ketinggian kurang dari 400 m dpl); (2) skala kecil: Klon SA 12, Rbb BGn 300, Rob Bgn 371, Rob Bgn 372, Mbl 3-04, SA 203, SA 333; (3) skala percobaan: Klon BP 436, BP 534, BP 397, BP 486.
Jenis Robusta hibrida untuk bibit semai: Klon BP 42, klon SA 109, klon Rob Bgn 124-01.

1.3. Manfaat Tanaman

Kopi merupakan salah satu dari bahan minuman yang tidak mengandung alkohol dan disenangi oleh banyak orang.
Ditinjau dari segi medis: dapat merangsang pernapasan, kegiatan perut dan ginjal; membantu asimilasi dan pencernaan makanan; menurunkan sirkulasi darah di otak; menenangkan perasaan mental yang berkepanjangan, badan yang letih dan melapangkan dada; sebagai obat penolong diare; pencegah muntah sesudah operasi.


II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

Angin membantu penyerbukan yang terjadi antara bunga kopi yang berbeda klon atau berbeda jenis. Akan tetapi bila angin kencang dapat merusak tajuk tanaman dan menggugurkan bunga.
Curah hujan minimal untuk pertumbuhan kopi adalah 1000-2000 mm/tahun, sedangkan pola hujan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman kopi Arabika dan Robusta adalah rata-rata 2000-3000 mm/tahun.
Menurut lintang tempat, tanaman kopi dapat tumbuh baik pada daerah yang terletak di antara 20 derajat LU dan 20 derajat S.
Tanaman kopi menghendaki sinar matahari yang teratur.
Suhu sangat berkaitan erat dengan ketinggian tempat. Suhu di atas permukaan air laut adalah ± 26 derajat C dan akan turun 0,6 derajat C tiap kenaikan 100 m. Kopi Arabika tumbuh baik pada suhu 10-20 derajat C. Kopi Robusta menghendaki suhu 21-24 derajat C. Kopi Liberika tidak menghendaki suhu tertentu.

2.2. Media Tanam

Tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam (± 1,5 m) dan gembur, subur, banyak mengandung humus dan bersifat permeable. Tanah dapat berasal dari abu gunung berapi/cukup mengandung pasir.
Jenis tanah latosol dan vulkanis disukai tanaman kopi. Tanah yang drainasenya jelek, tanah liat berat, dan tanah pasir yang kapasitas mengikat airnya kurang serta kandungan N-nya rendah tidak cocok untuk pertumbuhan kopi.
Tanaman kopi menghendaki tanah yang agak masam, yaitu antara pH 4,5-4,6 untuk kopi Robusta dan 5-6,5 untuk Arabika. Tanah yang lebih asam dapat dinetralisir dengan kapur tohor/pupuk, misalnya serbuk tulang/Ca-(PO2) + Ca metaphosphat /Ca(PO2).
Tanaman kopi menghendaki kedalaman air tanah sekurang-kurangnya, 3 m dari permukaan tanah. Tanah harus mempunyai drainase dan kemampuan mengikat air yang baik.

2.3. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat berpengaruh terhadap tinggi rendah suhu.
Kopi Arabika: tumbuh pada dataran tinggi dengan ketinggian 1000-1700 m dpl. Jika di bawah 1000 m dpl, akan mudah terserang HV. Bila di atas 1700 m dpl, suhunya akan terlalu dingin.
Kopi Robusta: tumbuh baik di dataran rendah hingga 1500 m dpl, tapi yang ekonomis adalah yang tumbuh pada batas ketinggian 800 m dpl.
Kopi Liberika: tumbuh baik pada dataran rendah, di tempat yang miskin dan panas.



III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Persyaratan Bibit

Tumbuhnya normal dan ukurannya seragam.
Tidak terserang hama/penyakit, batang dan daunnya bersih dan kelihatan segar.
Mempunyai akar tunggang yang lurus.
Bibit yang akan ditanam harus berasal dari klon/varietas unggul yang dianjurkan.
Bibit yang dianjurkan adalah bibit vegetatif, terutama bibit sambungan dan setek, karena:
Cepat berbuah, terutama bibit stek.
Mempunyai sifat sama dengan induk.
Bibit sambungan merupakan gabungan dari 2 jenis kopi yang bersifat unggul.
Bibit semai yang dapat digunakan adalah hasil silangan pertama (hibrida) yang diperoleh langsung dari penangkar-penangkar benih.

3.1.2. Penyiapan Benih Cara Generatif

Cara memperoleh biji:
Dari kebun sendiri: biji diambil dari pohon-pohon tertentu yang telah diketahui mutunya.
Memesan/membeli langsung ke PT Perkebunan terdekat.
Pemeliharaan biji:
Buah yang dipilih adalah buah yang masak, tidak cacat, besarnya normal.
Biji dikelupas kulitnya dengan cara diinjak-injak dengan kain, kulit tanduk jangan sampai lepas.
Lendir yang melekat dibersihkan dengan cara dicuci/digosok permukaannya dengan abu dapur.
Biji diangin-anginkan sampai kering selama 1-2 hari.
Biji yang sudah kering, dipilih yang hampa.
Penyimpanan biji:
Siapkan peti kayu berukuran 40-50 cm x 40-60 cm x 40-60 cm dan beberapa kain selebar peti kayu.
Dasar peti diberi lapisan kain yang diolesi minyak terpenting dengan dosis 1cc/100 cm3.
Di atas kain diberi lapisan biji setebal 5 cm.
Di atas biji diberi kain lagi dengan minyak terpenting, demikian seterusnya sampai peti tersebut penuh.
Setelah 3 hari, biji dikeluarkan dari peti dan diangin-anginkan selama 3-5 jam.
Setelah itu biji bisa dicampur dengan fungisida yang berbentuk bubuk, misalnya Ridomil 2 G untuk mengendalikan serangan jamur.
Biji dicampur dengan serbuk arang basah dengan perbandingan biji : arang : air = 3 kg : 1 kg : 100-150 cc.
Campuran biji dan arang dimasukkan dalam karung goni yang kering dan bersih.
Karung tersebut disimpan dalam gudang yang gelap dengan suhu 25-26 derajat C dan kelembaban 85-90%.
Daya tumbuh benih yang baru adalah 90-100%, sedangkan yang telah disimpan ± 6 bulan daya tumbuhnya adalah ± 60-70%. Penyimpanan paling baik dilakukan selama 2 bulan.
Pengangkutan:
Untuk tempat yang cukup jauh (> 7 hari perjalanan) harus diberi perlakukan seperti di atas. Karung yang berisi biji dimasukkan dalam kotak kayu untuk menghindari benturan dan gesekan.
Untuk tempat yang dekat dan waktunya tidak lama, bisa dikirim tanpa perlakukan khusus. Benih dimasukkan dalam karung dan dimasukkan dalam kotak kayu lalu dikirim.


Pemeliharaan bibit:
Pemeliharaan dilakukan selama 2-3 minggu, terutama yang diambil dari tempat yang jauh.
Bibit ditempatkan di bawah pohon pelindung dengan intensitas naungan ± 40% dan setiap hari disiram.
Dipupuk sebanyak 5 gram NPK/tanaman, dilakukan dua kali. Caranya: pupuk dilarutkan dalam air, lalu disiramkan ke gumpalan tanah yang membungkus akar bibit.

Perkiraan jumlah bibit yang dibutuhkan:
Jumlah bibit yang akan disemaikan diperkirakan 2 kali lipat jumlah bibit yang akan ditanam di kebun. Apabila bibit semai akan dijadikan batang bawah pada sambungan, jumlah bibit menjadi 2,5 kali jumlah bibit yang akan ditanam di lapang. Tujuannya: sebagai cadangan apabila ada benih yang tidak tumbuh dan untuk penyulaman tanaman.
Jumlah benih kopi dapat diperkirakan dari beratnya. Berat 1000 butir benih hibrida BP 42 x BP 358; BP 42 x SA 24; dan BP 42 x SA 34 kurang lebih 0,6 kg. Sedangkan berat 1000 butir benih untuk batang bawah adalah sebagai berikut: berat per 1000 butir SA 109 ± 0,27 kg, berat per 1000 butir BP 42 ± 0,5 kg, berat per 1000 butir Rob Bgn 124-01 ± 0,3 kg.
3.1.3. Penyiapan Benih Cara Vegetatif

Menyambung Penyambungan memerlukan:
Batang bawah (onderstaam): Dipilih yang sudah teruji keunggulannya, terutama tahan terhadap penyakit akar. Dalam hal ini adalah dari golongan Robusta yaitu Klon SA 109.
Batang atas (entres). Entres dapat diperoleh dari:
Kebun sendiri: dipilih pohon yang pertumbuhannya baik, sehat, produksinya tinggi. Bahan yang diambil adalah tunas air yang sehat, diameter ± 0,75 cm atau sebesar pensil, tidak keras/lentur. Umur tunas ± 3 bulan dan sudah mengeluarkan cabang primer dan tidak boleh disimpan lebih dari 3 hari.
Dari Balai Penelitian: entres diperbanyak di kebun tua yang berasal dari zaaling (biji) dengan cara penyambungan.

Penyimpanan dan pengangkutan entres (2-3 hari):
Bekas potongan bahan entres diolesi dengan parafin.
Bahan entres dibungkus dengan pelepah pisang yang masih basah dan segar.
Pelepah pisang dan bahan entres diikat agar tidak lepas.
Bahan entres yang sudah dibungkus dimasukkan dalam peti kayu.
Di sela-sela bungkus pelepah pisang diisi sabut kelapa yang telah dibasahi.

Waktu menyambung :
Bibit berumur 6-12 bulan sejak pembibitan atau 9-15 bulan sejak disemaikan sudah berdiameter ± 1 cm atau sedikit lebih besar dari diameter entres.
Penyambungan dilakukan pada pagi hari/saat tanaman sedang giat tumbuh (awal/akhir musim hujan).

Jenis Entres:
Enten pucuk atau "top enten", bila dari wiwilan/waterloot, tanaman baru akan tumbuh sebagai batang vertikal
Enten cabang atau "tak enten", bila entres dari cabang kipas (waaier tak enten) atau entres dari cabang pecut (sweep tak enten). Tanaman baru akan tumbuh sebagai batang horizontal.

Cara Menyambung:
Sambungan celah (Splent Enten/Cleft Grafting) : - Batang bawah dipotong mendatar 15-30 cm di atas permukaan tanah.- Dibelah membentuk huruf V ± 3-4 cm dari ujung.- Entres dipotong satu ruas yang ada bukunya, di atas buku dipotong ± 1-2 cm. - Di bawah buku dipotong ± 7 cm dan diruncingkan.- Entres dimasukkan dalam celah dan dibalut dengan tali rafia/pita kain.- Diolesi parafin dan ditutup dengan tabung keras/kantong plastik.- Tutup dipertahankan selama 3-4 minggu, bila sudah tumbuh tunas baru pada batang atas, tutup dilepas.
Sambungan rata (Plak grafting)- Caranya sama dengan di atas, bedanya, yaitu: batang atas dan bawah diiris dengan kemiringan yang sama, selanjutnya dilekatkan, sehingga kambiumnya saling melekat.- Pada umumnya dilakukan dipersemaian dalam peremajaan.

Cara kina/Kina Grafting - Dilakukan pada tanaman yang batang bawahnya lebih besar dari entres.- Batang bawah diiris miring ke bawah sepanjang ± 3 cm pada ketinggian 10-15 cm dari leher akar.- Entres diiris tegak simetris, tapi hanya 1 bidang saja.- Entres disisipkan pada irisan batang bawah dan dibalut.- Perlakuan selanjutnya sama dengan yang lain.- Batang bawah baru diadakan pemotongan setelah sambungan itu sudah jelas hidup.- Sambungan tidak berhasil dapat dipindahkan ke bagian lain pada batang yang sama.

Menyetek Waktu menyetek: pada akhir musim penghujan, yaitu pada akhir bulan April-Mei, atau sampai bulan Juni. Sumber stek terdiri dari:
Bahan stek dapat dibeli dari para penangkar benih/bibit, kebun entres/kebun produksi. Bahan stek berupa ujung wiwilan/cabang liar yang sehat dan tumbuh subur, serta berasal dari varietas/klon yang dianjurkan.
Bahan yang dipakai adalah ruas kedua dan ketiga dari ujung batang yang masih pipih. Mata sirung (knop) sedapat mungkin dihilangkan.Kapasitas tumbuh: Ruas kedua dapat tumbuh 90% dalam waktu 1 bulan, ruas ketiga 80% dan ruas keempat 70%.

3.1.4. Teknik Penyemaian Benih Cara Generatif

Media penyemaian:
Bila lahan telah dipakai untuk menanam kopi, ± 10 hari sebelum penyemaian, tanah disemprot dengan nematida Vapam/ Nemacur G dengan dosis sesuai dengan petunjuk pada label.
Bila lahan merupakan lahan yang baru dibuka. Tanah persemaian dicangkul sedalam 30 cm/lebih dan dibersihkan. Tanah diberi pupuk organik, yang berupa pupuk kompos, pupuk kandang/pupuk hijau.
Membuat bedengan-bedengan dengan ukuran panjang 10 m atau minimal 5 m dan lebar 1,20 m. Jarak antar bedengan 50 cm, sedangkan bedengan dibuat membujur ke arah utara-selatan.
Penanaman pohon pelindung dilakukan 1 tahun sebelum penyemaian dan tingginya antara 2,5-3 m/± 2 x tinggi pohon kopi.

Perkecambahan: Membentuk bedengan-bedengan dengan ukuran lebar 1,20 m dengan panjang 2,40 m. Bedengan dilapisi pasir setebal 5-10 cm dan diatas bedengan tersebut diberi atap.
Cara perkecambahan
Biji dibenamkan secara berderet dalam satu baris pada lapisan pasir menghadap ke bawah dan bagian atas kelihatan rata dengan lapisan pasir. Jarak antara baris adalah 5 cm, sedang jarak antar biji adalah 2,5 cm.
Setiap 1 m2 memuat 2.000-3.000 biji. Biji yang ditaburkan bisa dengan kulit tanduk atau tanpa kulit tanduk.
Selesai pembenaman, biji-biji tersebut diberi pasir lagi, tipis-tipis. Di atas bedengan yang tertutup pasir ditutup dengan lalang atau jerami yang dipotong-potong antara 0,5-1 cm dan disiram 2-3 kali sehari untuk menjaga kelembaban.
Perkecambahan di daerah panas berlangsung selama 3-4 minggu, sedangkan di daerah dingin berlangsung selama 6-8 minggu.

Kecambah yang dipindahkan dapat berupa:
Serdadu (soldatje) atau kecambah yang belum mekar.
Kepel, kecambah yang kepingnya sudah membuka.
Pemindahan dilakukan dengan mencongkel dengan sebilah bambu atau solet.
Pembibitan dengan kantong plastik dilakukan dengan cara:
Siapkan polybag berdiameter 20-30 cm dan tinggi 30-40 cm yang diisi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 sampai 3/4 bagian plastik.
Plastik diatur berderet dengan jarak 30x30 cm.
Ujung plastik sebelah atas dilipat keluar, bagian bawahnya dilubangi kecil-kecil (diameter lubang ± 0,5 cm) sebanyak ± 20 lubang sebagai jalan keluarnya air.
Jika pohon naungan belum rimbun, pot palstik diberi naungan sementara seperti pada bedengan tanah.
Di tengah-tengah tanah dalam plastik dibuat lubang tanam dengan menggunakan tugal.
Bibit kepelan dicabut dari bedengan pesemaian, kemudian ditanam pada lubang tanah seperti menanam pada bedengan tanah.

3.1.5. Teknik Penyemaian Benih Cara Vegetatif
MenyambungPenyemaian dilakukan ± 9-12 bulan sebelum waktu penyambungan. Waktu yang diperlukan sejak bibit disambung hingga siap tanam di areal pertanaman 4-10 bulan.
Menyetek

Bedengan tertutup:
Bedengan tanah dibuat dengan ukuran panjang 220 cm, lebar 140 cm dan tinggi 15 cm. Jarak antara bedengan ± 75 cm. Tanah dalam bedengan tidak perlu diolah.
Buat kotak kayu yang panjangnya 2 m, lebar 120 cm, dan tinggi 60 cm. Sisi atas dan bawah kotak tidak perlu ditutup. Tempatkan kotak pada bedengan yang sudah dibuat.
Dasar kotak diisi kerikil kecil-kecil setebal ± 5 cm dan di atas lapisan kerikil diberi pasir yang sudah dicuci setebal ± 20 cm.
Bedengan hanya sekali-sekali disiram.

Bedengan terbuka:
Di tempat yang sudah ada naungannya, dibuat bedengan tanah dengan ukuran panjang ± 5-10 m, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Jarak antar bedengan ± 75 cm. Tanah sebaiknya ditanggul dengan papan atau seng agar tidak tererosi/longsor.
Tanah di atas bedengan di cangkul, kemudian dicampur pasir dengan perbandingan 1:1.
Bedengan diberi naungan/atap dari daun kelapa atau alang-alang seperti pada bedengan penyemaian benih.

Cara penyemaian:
Panjang stek ± 10 cm, dipotong miring (menyebelah), sehingga bagian ujungnya menjadi runcing, supaya permukaannya luas dan mudah tumbuh. Daun harus dipotong ± 2/3 dari panjang daun untuk mengurangi penguapan.
Pertumbuhan akar stek kopi dapat dirangsang dengan merendam stek dalam urine sapi yang mengandung hormon Rooton F. Caranya: urine dikumpulkan dan disaring dengan kain tipis/kain kasa, encerkan urine dengan menggunakan air bersih sampai konsentrasinya 5 % (10 ml urine + 200 ml air) atau 10 % (10 ml urine + 100 ml air).
Ujung stek sebelah atas diberi lilin/parafin untuk mengurangi penguapan dan mencegah serangan penyakit.
Stek ditancapkan miring pada bedengan sedalam ± 7,5 cm dengan kemiringan 10°-20°. Jarak tanam stek 15 x 15 cm.
Pada bedengan tertutup, sisi kotak sebelah atas ditutup dengan plastik dan diikat kuat supaya tidak kabur. Penyiraman dilakukan 5-10 hari sekali atau bila pasir tidak lembab.
Pada bedengan terbuka penyiraman dilakukan 2-3 jam sekali.
Setelah berumur 2-3 bulan atau panjang tunasnya ± 3-4 cm stek sudah dapat dipindahkan ke bedengan pembibitan
Pembibitan: bentuk bedengan pembibitan, cara pembibitan, dan cara pemeliharaannya sama dengan pembibitan pada pembuatan bibit semai.

3.1.6. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Penyiraman dilakukan dua kali sehari dan dijaga, agar tanah bedengan tetap lembab, tetapi tidak boleh terlalu basah.
Penyiangan, rumput-rumput yang tumbuh di sekitar bibit harus selalu dibersihkan. Pada waktu bibit masih terlalu kecil, penyiangan tidak boleh dilakukan dengan korekan, tetapi cukup dicabut saja.

Pemupukan
Pada umur 3 bulan, pupuk dibenamkan ke dalam tanah di sekeliling bibit sejauh 7 cm.
Pada umur 5 bulan dan selanjutnya pupuk dibenamkan dalam tanah pada parit kecil yang dibuat di tengah-tengah barisan bibit.
Pemupukan pada bibit yang di tanam di dalam polybag dilakukan dengan cara membenamkan pupuk pada parit kecil yang dibuat mengelilingi bibit.

Dosis pupuk :- Umur 3 bulan: ZA=25 gram; Urea=10 gram; TS=10 gram; NPK=75 gram.- Umur 5 bulan: ZA=50 gram; Urea=25 gram; TS=25 gram; NPK=125 gram.- Umur 7 bulan: ZA=75 gram; Urea=50 gram; TS=50 gram; NPK=200 gram.- Umur 9 bulan: ZA=100 gram; Urea=75 gram; TS=75 gram; NPK=250 gram.- Umur 12 bulan: ZA=100 gram; Urea=75 gram; TS=75 gram; NPK=300 gram.

Pengaturan Intensitas naungan:
Bibit di persemaian: 80-90 %
Bibit di pembibitan:- 30-10 minggu sebelum dipindah ke lapang: 75 %- 4 minggu sebelum dipindah ke lapang: 50 %- 4-0 minggu sebelum dipindah ke lapang: 40 %

3.1.7. Pemindahan Bibit

Umur bibit:
Bibit semai dipindahkan setelah berumur 9 bulan-1 tahun setelah disemaikan atau 6-9 bulan setelah di pembibitan.
Bibit stek dipindahkan setelah berumur 9-13 bulan sejak disemaikan atau 8-10 bulan sejak pembibitan.
Bibit sambungan dipindahkan setelah berumur 4-10 bulan sejak disambung.

Cara pemindahan:
Bibit yang dipelihara dalam kantong plastik, langsung dibawa ke areal pertanaman. Plastik dibuka dengan menggunakan pisau. Akar tunggangnya dipotong hingga tinggal 20-25 cm dan tanah yang membungkusnya dikorek-korek untuk meluruskan akar yang melilit.
Bibit yang dipelihara di bedengan tanah dan umurnya masih cukup muda dipindah dengan cara dicabut, caranya:- tanah bedengan disiram dengan air hingga basah. - bibit dicabut dengan hati-hati supaya akar tidak rusak.- untuk bibit semai dan sambungan, akar tunggangnya dipotong hingga tinggal 20-30 cm.- bibit diangkut ke kebun untuk ditanam.- Bila bibit tidak segera ditanam, maka akar bibit harus dibungkus dulu dengan tanah dan pelepah pisang lalu disiram dengan air dan ditempatkan di tempat yang teduh.
Bibit yang dipelihara di bedengan tanah dan berumur cukup tua (sudah bercabang) dipindahkan
dengan cara diputar. Caranya :- Tanah bedengan diairi hingga basah. - Tanah di sekitar bibit digali melingkar dengan garis tengah 20-25 cm, sedalam 25-35 cm.- Bibit berikut gumpalan tanah dan akarnya diangkat.- Untuk menjaga jangan sampai berantakan, maka gumpalan tanah dibalut dengan pelepah pisang atau daun-daun lainnya. Selanjutnya bisa diangkut.

3.2. Pengolahan Media Tanam

3.2.1. Persiapan

Pada lahan bukaan barua) Sekitar 2-3,5 tahun sebelum kopi ditanam, diadakan land clearing (penebangan pohon-pohon beserta tunggul-tunggulnya).b) Apabila tanah terlalu miring harus dibuat teras untuk mengurangi erosi. Pada tahap ini juga dibuat saluran drainase dan jalan.c) Kurang lebih 2-3 tahun sebelum tanam, lahan ditanami tanaman pelindung dan penutup tanah yang ditanam pada musim hujan.
Lahan bekas tanaman perkebunan selain kopia) 1,5-3 tahun sebelum kopi ditanam, dilakukan land clearing.b) Mengolah tanah dan memperbaiki teras-teras, jalan dan saluran drainase yang rusak.c) Lahan ditanami dengan tanaman pelindung dan tanaman penutup tanah.
Lahan bekas ditanami kopi, tapi tidak produktif
Seluruh tanaman kopi dan tanggul-tanggulnya ditebang.
Mengolah tanah dan memperbaiki teras-teras, jalan dan saluran drainase yang rusak.
Bila tanaman pelindung masih baik, tidak perlu ditebang cukup dipangkas saja.
Bila sebelumnya ada tanaman yang terserang nematoda, maka penanaman dilakukan sekurang-kurangnya setelah 1 tahun setelah penebangan tanaman kopi lama.

3.2.2. Pembukaan Lahan

Pekerjaan yang harus dilakukan sebelum penanaman tergantung pada keadaan lahan, yaitu letak tanah, kesuburan tanah dan tanaman lama. Pada tanah yang subur, pencangkulan dilakukan secara total atau langsung membuka lubang. Bila tanahnya kurang subur, maka perlu pengcangkulan secara total dengan menggemburkan tanah dan diberi pupuk hijau.
Pembentukan TerasYang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras adalah kemiringan tanah. Tanah yang tidak begitu curam, dibuat teras individu, sedangkan tanah yang cukup miring perlu dibuat teras langsung atau kontur.
Penanaman Pohon PelindungJenis pohon pelindung: Dadap (Erythrina lithosprema), Sengon laut (Albizia falcata), Lamtoro, Kemlandingan, Petai Cina (Leucaena sp).
Tanaman Penutup Tanah Tanaman penutup tanah yang sering digunakan : Kacang Asu (Calopogonium muconoides), Vigna hesei, Indigofera hendecaphila.

3.3. Teknik Penanaman

3.3.1. Penentuan Pola Tanaman

Pola tanam yang sering dipakai adalah:
Hubungan kwadrat, dengan jarak 2,5x2,5 m, sehingga tiap ha dapat ditanami ± 1.600 batang. Dipakai untuk tanah datar dengan bibit Robusta.
Hubungan segi empat panjang/segi empat yang digeser. Jarak tanam 2,5x2,5 m, 1 ha memuat ± 2000 batang. Dipakai untuk bibit Arabika di dataran tinggi.
Hubungan belah ketupat. Sisi yang satu dengan yang lainnya jaraknya sama, yaitu 3,5x3,5 m, tapi dibuat miring dengan tanaman sebatang di tengah-tengahnya. Cocok untuk tanaman berdaun lebar.
Hubungan segitiga sama sisi. Jarak sisi dengan sisi 2,75 m. Cocok untuk tanah datar.
Hubungan barisan dengan jarak tanam antar tanaman 1,75 m dan antar barisan 3,5 m.
Dari pola-pola di atas yang paling banyak dipakai dan mudah adalah hubungan kwadrat, tetapi yang paling baik pembagiannya adalah hubungan segitiga sama sisi.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat 3-6 bulan sebelum tanam untuk memperbaiki struktur tanah dan membunuh bibit penyakit. Lubang dibiarkan terbuka, supaya terkena sinar matahari dan memperoleh gas asam arang dari udara. Lubang diberi pupuk organis/pupuk hijau yang terdapat di sekitarnya.
Cara membuat dan menutup lubang:
Lubang dibuat pada teras/pada ajir yang telah ditetapkan dengan ukuran rata-rata 60 x 60 x 60 cm. Tanah kurang subur ukurannya 80 x 80 x 80 cm dan tanah yang baru dan subur ukurannya 50 x 50 x 50 cm.
Tanah galian dipisahkan antara tanah bagian atas dan bagian bawah. Dua bulan sebelum tanam, masing-masing bagian tanah galian dicampur dengan 200 gram belerang dan 200 gram kapur pertanian.
Sekitar 0,5-1 bulan sebelum tanam, tanah galian bawah dimasukkan dalam lubang.
Tanah bagian atas dicampur dengan ± 20 liter pupuk kandang /kompos dan dimasukkan dalam lubang.
Di tengah lubang yang telah ditutup, ditandai dengan ajir, untuk memudahkan mencari lubang sewaktu akan menanam.

3.3.3. Cara Penanaman

Cara penanaman: tanah penutup yang bentuknya cembung digali 20 cm atau sedalam leher akar. Setelah bibit ditanam, dijaga perakarannya jangan sampai bengkok. Kemudian tanah di sekitar tanaman dipadatkan.

3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman

Jadwal pemeriksaan untuk penyulaman:a) Selama 2 minggu setelah tanam, kebun diperiksa 2 kali/minggu.b) Tanaman berumur 2-4 minggu, diperiksa 1 kali/minggu.c) Selama 6 bulan berikutnya kebun diperiksa 1 kali/bulan.
Penyulaman dilakukan pada awal dan akhir musim hujan atau bila dalam keadaan memaksa. Penyulaman masih boleh dilakukan apabila tanaman belum kelihatan rimbun. Cara memindahkan bibit sulaman dengan cara putaran, supaya tumbuhnya lebih cepat.

3.4.2. Pembubunan

Pada waktu tanaman masih muda, pembubunan (pendangiran) dilakukan di sekeliling batang, dicangkul tipis dengan jarak ± 30 cm dari batang. Tahun berikutnya diperdalam dan diperlebar.
Biasanya dilakukan 2 x setahun, yaitu pada awal musim kemarau dan awal musim hujan. Bila tanaman sudah tua, perlu diadakan pencangkulan menyeluruh di dalam kebun.

3.4.3. Perempalan

Untuk pemeliharaan/produksi
Bertujuan untuk membuang cabang yang tidak dikehendaki, cabang yang sakit, dan cabang yang sudah tidak produktif.
Ada 2 macam pemangkasan pemeliharaan, yaitu pemangkasan berat dan pemangkasan ringan (wiwilan). Pemangkasan berat dilakukan setelah panen, dan diulangi setiap 3 bulan sekali. Pemangkasan ringan dilakukan sebulan sekali pada musim kemarau dan 2 bulan sekali pada musim hujan.
Untuk cabang primer bertujuan untuk merangsang terbentuknya cabang sekunder dan mencegah cabang primer tumbuh terlalu panjang, sehingga tanaman dapat menghasilkan buah yang banyak.
Untuk peremajaan
Bertujuan untuk mengganti tajuk tanaman lama dengan tajuk baru yang masih muda dan produktif.
Peremajaan dilakukan setelah panen besar atau pada akhir musim kemarau menjelang musim hujan. Kurang lebih 2 minggu sebelum pemangkasan dilakukan pemupukan agar pertumbuhan batang barunya memuaskan.

3.4.4. Pemupukan

Pupuk organik

Mulsa/mulch, yang berasal dari daun-daun, serasah sekitar tanaman kopi, rumput-rumput hasil penyiangan, hasil pemangkasan pohon pelindung dan tanaman penutup tanah, daging buah yang sudah mengering.
Fungsinya: menambah beberapa unsur hara, memperbaiki unsur tanah, dan melindungi tanah dari kekeringan di musim kemarau
Waktu pemberian : awal dan akhir musim hujan
Caranya: pupuk ditumpuk di sekitar batang kopi setebal ± 15 cm. Lebar tanah yang ditumpuki mulsa sama dengan lebar lingkaran parit untuk pupuk buatan.

Pupuk kandang/kompos

Fungsi: digunakan pada tanah yang cukup liat
Waktu: 1-2 tahun sekali pada awal musim hujan bersamaan dengan pemberian pupuk buatan.
Caranya: pupuk dimasukkan ke dalam lubang pupuk sebelum pupuk buatan. Pada tanah yang sangat masam ditambah dengan kapur 1/4-2/4 kg/tanaman yang diberikan sekali dalam 2-4 tahun.
Dosis: ± 1-2 kaleng/tanaman (20-40 liter), tergantung umur tanaman.

Pupuk buatan

Unsur yang diperlukan:- Unsur N, untuk pertumbuhan vegetatif.- Unsur P, untuk pembentukan akar baru dan pembungaan - Unsur K, untuk pemasakan buah
Pemupupukan dilakukan sebanyak 2 kali setahun, yaitu :- awal musim hujan 1/2 dosis N dan 1 dosis P2O5- akhir musim hujan 1/2 dosis N dan 1 dosis K2O
Dosis pemupukan tanaman kopi yang tepat baru bisa diketahui setelah ada hasil analisa kimia tanah, analisa kimia jaringan tanaman (daun) dan percobaan pemupukan. Dosis sementara per pohon yang dapat dipakai adalah :- Umur tanaman 1 tahun:N=20 gram; P2O5 = 20 gram; K2O = 20 gram.- Umur tanaman 2 tahun:N=40 gram; P2O5 = 40 gram; K2O = 40 gram.- Umur tanaman 3 tahun:N=60 gram; P2O5 = 40 gram; K2O = 60 gram.- Umur tanaman 4 tahun:N=80 gram; P2O5 = 40 gram; K2O = 80 gram.- Umur tanaman 5-10 tahun:N=120 gram; P2O5 = 60 gram; K2O = 120 gram.- Umur tanaman >10 tahun:N=160 gram; P2O5 = 80 gram; K2O = 160 gram.
Cara pemberiannya: membuat lubang kecil berbentuk parit yang mengelilingi tanaman sejauh 3/4 lebar tajuk. Pupuk dimasukkan dalam lubang. Lubang ditutup dengan tanah dan dipadatkan supaya pupuk tidak menguap.

3.4.5. Pemeliharaan Lain

Pemangkasan tanaman pokokPemangkasan bentuk bertujuan untuk pembentukan kerangka pohon, sehingga tanaman tidak terlalu tinggi, menghasilkan cabang yang kuat, letaknya teratur, arahnya menyebar dan produktif. Ada 2 macam pemangkasan bentuk, yaitu pemangkasan untuk membentuk tajuk berbatang tunggal dan tajuk berbatang ganda.
Pemangkasan pohon pelindung pokok Ada dua macam, yaitu pemangkasan bentuk dan pemangkasan untuk mengatur cahaya. Pemangkasan ini dilakukan pada awal/akhir musim hujan, atau apabila keadaan kebun sangat gelap.
Pemangkasan pohon pembantu dan tanaman penutup tanah Pohon pembantu dipangkas setelah pohon pelindung utama berfungsi. Pemangkasan tanaman penutup tanah dilakukan 2-4 kali dalam 1 tahun atau mendekati musim panen.

3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama pada Akar

Pratylenchus pratensi (Tylenchuscoffea atau Anguilulina pratensis)Gejala: (1) akar kopi berwarna kekuningan kemudian kehitaman, dan coklat keungu-unguan serta membusuk; (2) pertumbuhan lambat, daun menguning dan rontok, karena tidak ada perakaran baru; (3) pucuk pohon tidak berdaun, sehingga disebut "Leher Burung Elang". Pengendalian: (1) akar bibit dimasukkan dalam air panas ± 49,5 derajat C, selama 10 menit; (2) semua pohon dicabut, kemudian ditanami lamtoro atau Crotalaria dan Salvia selama 2 tahun, sehingga nematoda tidak mendapat makanan; (3) perlindungan sinar matahari harus merata, tanaman dibuat padat, tiap lubang ditanami 3-5 bibit, kemudian dipilih yang paling kuat dan diberi pupuk organis; (4) pohon yang berkembang lambat distump, kemudian disambung.
Rotelynchus similis (Tylenchus acutocaudetus atau Tylenchus similis dan Anguillulina similis)Gejala dan pengendalian sama dengan pratylenchus pratensi.
Heterodera marioni (Heterodera javanika, Heterodera radicocila, dan Caconema radicicola)Ciri: larva yang baru menetas panjangnya ± 0,4-0,5 mm dan bergerak bebas di tanah, dan berkembang lebih lanjut dalam tanaman. Tubuh yang betina menggembung menjadi bundar dan yang jantan panjangnya 1,2-1,9 mm. Gejala: membentuk benjolan-benjolan/bintil-bintil pada akar dan menyerang lebih dari 1000 tanaman. Pengendalian: secara preventif adalah tidak menggunakan benih, melainkan stump bibit yang tanahnya belum kena infeksi.

3.5.2. Hama pada Batang dan Ranting

Penggerek merahPenyebab: kumbang merah (Zeuzera coffea). Ciri-ciri: Penggerek berwarna merah, pada dada dan perutnya terdapat bulatan kuning. Panjangnya sampai 5 mm. Gejala: terdapat lubang-lubang di atas batang (puncak) dan pada bagian batang yang tebal, kayu dan kulit pohon rusak, kayu dan batang patah pada tempat yang terdapat lubang melingkar. Pengendalian: memangkas cabang-cabang yang diserang; membuang pohon-pohon yang telah mati; DDT atau BHC dimasukkan dalam lubang.
Penggerek ranting/ bubuk dahan(Xylosandrus morstati, berwarna hitam); (Xylosandrus morigerus, berwarna coklat) Pengendalian: memotong bagian yang digerek dan dibakar; memperbaiki keadaan tanaman; menanam tanaman yang lebih tahan terhadap penggerek; melepaskan parasit Tetratichus xylebororum.
Kutu hijau (Coccus viridis)Ciri: kutu hijau yang sudah dewasa berbentuk bulat telur dengan panjang 2,5-5 mm, tubuhnya dilindungi perisai yang agak keras, serta mengeluarkan cairan madu. Pengendalian: (1) cara biologis: melepaskan musuh alami, yaitu cendawan Cephalosporium lecanii, dan cendawan hitam, parasit Coccophagus bogoriensis dan Tetraticcus lecanii, predator kumbang Coccinella melanophthalmus, dan Orchus jantinus; (2) secara mekanis: memangkas bagian-bagian yang terserang kemudian dibakar. Membuang dan tidak menanam pohon pelindung yang disenangi hama tersebut, seperti gamal (Glisirida maculata); (3) secara kimiawi: Dengan penyemprotan insektisida yang dianjurkan, antara lain : Anthonio 330 EC, Azodrin 60 WSC, Bayrusil 250 EC, Bidrin 24 WSC, Dimecron 50 SCW, Dimacidae 400 EC, Hostathion 40 EC, Nogos 50 EC, Orthene 75 SP, Sevin 85 dan Supracide 40 EC dengan dosis sesuai petunjuk.
Kutu lamtoro (Ferrisia virgata)Ciri: badannya diselaputi bahan penutup tubuh yang keadaanya lunak semacam lilin. Gejala:(1) pertumbuhannya menjadi lambat; (2) bagian-bagian yang diserang (tunas-tunas, pupus daun, tangkai dan tulang daun, ranting-ranting, tangkai dari dompolan bunga dan buah) menjadi layu dan kering; (3) kotoran yang manis rasanya banyak dikerumuni semut, terutama jenis semut gramang (Plagiolepesis longipes). Pengendalian: (1) secara biologis: melepaskan musuh alaminya, yaitu parasit Leptomastix, nyamuk Dipplesis, predator Scymus sp. dan Cryptolemus sp.; (2) secara mekanis: memotong bagian yang terserang dan membunuh semut-semut gramang yang dilakukan pada musim kemarau. Pengendalian secara kimia : dilakukan seperti memberantas kutu hijau.

3.5.3. Hama pada Bunga dan Buah

Stephanoderes hampeiCiri: berwarna coklat tua, dan besarnya ± 1,5 mm. Gejala: (1) kopi yang terserang kelihatan ada satu atau dua lubang yang terdapat dekat dasar buah; (2) pada biji kopi yang masih hijau terdapat bubuk-bubuk yang berwarna coklat dan hitam. Sedang pada biji kopi yang telah masak terdapat larva-larva yang berwarna putih yang jumlahnya sampai 20 ekor. Pengendalian: (1) menanam selain Robusta, apabila banyak hama bubuk buah; (2) keadaan dijaga jangan sampai lembab, basah dan gelap; (3) pohon pelindung dikurangi dan buah yang berjatuhan dan berlubang dikumpulkan dan dimusnahkan; (4) disemprot dengan DDT, RIN, PARATHION.

Kutu busuk/kepik (Antestiopsis liniaticolis Stal)Gejala: pada waktu panen biji kelihatan hampa dan terapung bila dicelup dalam air, biji kelihatan berisi tapi tidak normal, buah berwarna coklah berwarna coklat, ujung cabang sering mengering, sukar berkembang dan bentuknya seperti sapu. Pengendalian: menggunakan insektisida, seperti Folidol M atau Folidol E 605, 25 gram/100 liter air; perlakuan tersebut dilakukan 2 minggu sekali, pada saat menjelang berbunga sampai proses pembungaan selesai atau menjadi buah.

Kutu dompolan (Pseudococcus citri)Ciri: berbentuk bulat lonjong agak pipih, tubuh larva dan kutu betina ditutupi dengan lapisan seperti lilin yang berwarna putih. Gejala: pertumbuhan tanaman terhenti; daun-daun menguning; calon bunga gagal menjadi bunga; buah rontok/perkembangannya akan terhambat dan kulitnya berkeriput. Pengendalian: (1) secara biologis : melepaskan parasit Angyrus greenii, dan Leptomastix abyssinica, predator kumbang Symnus apiciflatus, S. roepkei, Cryptolaemus mentrousieri, memberantas semut yang suka membawa kutu, terutama pada musim kemarau; (2) secara mekanis dan secara kimiawi: sama dengan memberantas kutu hijau.

Kupu-kupu (Dichocrocis crocoda meyrick)Gejala: Ulat yang masih kecil merusak/memakan daun antara tulang-tulang daun sampai habis, sehingga tinggal kerangkanya. Pengendalian: masa larva yang baru menetas lebih mudah diberantas.

Ngengat atau Kupu-kupu kecil (Epicampoptera marantica Tamsi, menyerang kopi Robusta), (Epicampoptera andersoni Tams, menyerang kopi Arabika)Gejala: ulat daun yang masih kecil merusak atau memakan seluruh daun pada sisi bawah, sehingga tinggal kerangka saja. Pengendalian: dilakukan pada saat ulat masih kecil, yaitu dengan 500 gram Folidol serbuk atau Folidol-E 30 gram/100 liter air, Dipretex 80-120 gram/100 liter air dan Gusathio 40-50 gram /100 liter air.

Tungau (Metatetranychus) Ciri: bentuknya bundar dan sangat kecil, berwarna merah atau kuning kemerahan, kadang ditemukan pada sisi daun bawah. Gejala: daun berubah warna menjadi perunggu. Pengendalian: dapat disemprot dengan Organophosphate, dapat juga diberantas dengan Metasystox 0,05 %, GUsathio-A (40-50 gram/100 liter ar).

3.5.4. Penyakit Akar

Penyakit akar hitamPenyebab: cendawan Rosellinia bunodes dan Rosellinia arcurata. Gejala: Yang diserang Rosellinia bunodes : batang kopi mati secara mendadak; dekat leher akar dan akar yang besar terdapat benang-benang cendawan yang berwarna hitam, yang kemudian bersatu membentuk lapisan hitam; kulit yang terserang menjadi busuk, pada pangkal leher akar terbentuk callus (bakal akar); bila bibit yang sakit dikupas, pada kayu terdapat bintik-bintik hitam, kalau dibelah, terdapat garis-garis hitam. Gejala: yang diserang Rosellinia arcurata :hampir sama dengan di atas, bedanya benang cendawan yang terdapat di antara kulit dan kayu bentuknya semacam gambar dan berwarna putih. Pengendalian: pohon-pohon yang sakit dibongkar sampai akar-akarnya dan dibakar habis; membuat selokan (isolasi) di sekitar yang terdapat serangan sedalam 1 meter; mengatur drainase yang baik; lubang bekas bongkaran diberi tepung belerang; setiap lubang 200 gram, dimasukkan dalam tanah dan dicampur.
Penyakit akar coklat Penyebab: cendawan Formes noxius atau Pellinus lamaensis. Gejala: akar besar yang diserang, terutama akar tunggangnya tertutup kerak yang terdiri dari butir-butir tanah yang melekat sangat kuat; di antara butir-butir tanah terdapat cendawan-cendawan berwarna coklat kehitaman. Pengendalian: Sama dengan penyakit akar hitam.

3.5.5. Penyakit Batang dan Ranting

Penyakit pada batangPenyebab: Jamur upas (Corticium salmnicolor), terutama pada daerah beriklim basah. Gejala: yang menderita umumnya pada bagian cabang; kalau cendawan belum masuk bagian kulit, nampak adanya selaput yang berwarna merah jambu, makin lama berubah menjadi putih. Selaput ini adalah sekumpulan spora cendawan; kalau masuk bagian kayu, cabang dan ranting yang diserang akan mati; cendawan akan menjalar melalui tangkai daun dan menjalar ke bunga dan buah. Pengendalian: cabang yang diserang harus dipotong dan dibakar. Pemotongan dilakukan pada bagian yang masih sehat, di bawah yang diserang; sebelum dilakukan pemotongan, bagian yang sakit diolesi dengan fungisida, seperti Carbolines 5% atau bubur Bordeaux.

Penyakit mati ujung Penyebab: cendawan Rhizoctonia. Penularan melalui daun dan masuk ke
pembuluh cabang.Gejala: ujung batang dan ranting mati; daun menguning dan gugur dari batang yang terserang; pada pohon yang belum dipotong ujungnya, penyakit ini mengakibatkan kematian ujung. Pengendalian: segera memotong bagian yang sakit; pemotongan dilakukan pada kayu yang sehat; semua potongan dibakar atau dikubur sampai dalam; daerah-daerah yang banyak diserang penyakit ini dianjurkan supaya menanam pohon yang berbatang 3-4; bibit-bibit sebaiknya disemprot dengan bubuk Bordeaux.

Penyakit jamur upas Penyebab: Jamur upas (Corticium koleraga) Gejala: pada lapisan daun bagian bawah terdapat suatu tenunan tipis berwarna putih abu-abu, tertutup lapisan perak; lapisan tersebut juga terdapat pada cabang-cabang dan buah muda serta daun-daun-muda yang dimulai dari tepi sampai pada tunas muda; penutup ini pada mulanya berwarna keputih-putihan, kemudian sedikit demi sedikit menjadi coklat; daun berkerak coklat sampai hitam dan kemudian mati seluruh cabang atau mengering; sebelum daun gugur, sementara tetap tergantung dengan benang putih tipis dan halus. Pengendalian: semua cabang dan ranting yang terkena gejala penyakit ini dipotong, kemudian dibakar dan yang menyerang biji-biji dirampas lalu dibenamkan sedalam-dalamnya; penyakit ini dapat dicegah dengan semprotan 3-4 kali dengan menggunakan Cupravit 250-500 gram dalam air 100 liter. Penyemprotan biasanya dilakukan sebelum musim penghujan.

3.5.6. Penyakit Daun

Karat daunPenyebab: cendawan Hemileia vastatrix. Gejala: banyak menyerang kopi Arabika, terutama menyerang daun-daun muda pada kelembaban yang tinggi; pada sisi bawah daun terdapat bercak-bercak berwarna kuning muda, kemudian berubah menjadi kuning tua; bercak-bercak ini berbentuk bulatan kecil dengan diameter 0,5 cm dan bercak-bercak yang berdekatan akan menyatu dan bentuknya tidak teratur dengan diameter mencapai 5 cm; pusat bercak-bercak mengering dan berubah warna menjadi coklat; bercak-bercak dapat dilihat pada daun bagian atas, tetapi tepung-tepung yang berwarna oranye hanya dapat dilihat dari bagian bawah; daun yang terserang akan gugur, sehingga dapat menyebabkan pohon kopi gundul dan akhirnya mati. Pengendalian: menanam jenis kopi Arabika yang tahan, misalnya S 795, S 288, dan S 333; menjaga kondisi tanaman agar tidak berbuah terlalu lebat; menggunakan fungisida Dithane M 45 dengan konsentrasi 0,2 % atau 2 cc per liter air dengan interval penyemprotan 2 minggu sekali; penyemprotan dilakukan pada awal mulainya hujan lebat dengan memperhatikan cara-cara penyemprotan; fungisida lain: Bubur Bordeaux (BB), Copper oxychloride 50, Copper oksida, Benomiel, Mankozeb, Benlate, Cuprovit OB 21, Difolatan 4 F, Dithane M-45 80 WP, dan Vitigran Blue.

Penyakit bercak daun coklat Penyebab: cendawan Cercospora coffeicola. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak bulat, berwarna coklat atau coklat tua, pada bercak yang tua, terdapat warna putih atau kelabu, seperti ditaburi debu hitam; bercak tampak jelas pada permukaan bagian atas daun; umumnya berdiameter kurang dari 0,5 cm. Kalau cuaca lembab, bercak dapat lebih besar; serangan yang besar dapat menyebabkan rontoknya daun; serangan banyak terdapat pada pesemaian; serangan pada buah terdapat pada sisi yang banyak mendapat cahaya. Pengendalian: mengurangi kelembaban dengan cara mengurangi penyiraman; memperbaiki drainase dan mengurangi peneduh; memotong bagian daun yang sakit dan membakar; menyemprot tanaman dengan teratur menggunakan fungisida, seperti : BB, Mankozen, Copper oxichloride, dll.

Penyakit hangus Penyebab: cendawan Root-dauw, yaitu cendawan sekunder yang tumbuh, karena kotoran serangga yang rasanya manis. Gejala: pada permukaan daun terdapat lapisan berwarna hitam; pada daun-daun itu umumnya banyak semutnya; lapisan hitam pada daun mengakibatkan suhu pada permukaan daun tinggi, karena warna hitam dapat menyerap panas, panas musim kering dapat mempercepat layunya daun. Pengendalian: semua serangga disemprot dengan insektisida; lapisan hitam dibersihkan.

3.5.7. Penyakit pada Bunga dan Buah

Penyakit bunga bintang (banyak menyerang kopi Arabika)Penyebab: penyakit ini disebabkan pengaruh iklim dan keadaan tanah, terutama pada daerah yang sangat lembab dan tanah-tanah yang basah. Gejala: daun mahkota bunga warnanya hijau, tebal dan arah melengkung ke dalam; pada benang sarinya tidak nampak jelas bagian tangkai sari dan benang sari; bunga tidak dapat menjadi buah. Pengendalian: menanam tanaman kopi yang lebih tahan terhadap penyakit ini; pengaturan naungan; pemangkasan yang baik, terutama menghadapi musin hujan.
Penyakit bunga/ranting muda Penyebab: ngengat berbau busuk dari jenis Lygus dan Volumnus. Gejala: kuncup bunga berwarna hitam dan tidak membuka; beberapa ujung ranting mati, bentuk atau kerusakan itu disebut "Witches broom". Pengendalian: Sama dengan point 1.
Kuncup bunga tidak berkembang Penyebab: tidak adanya hujan kiriman untuk merangsang berkembangnya kuncup bunga. Pengendalian: tanaman diairi dengan cara leb atau curah; cara leb dilakukan dengan mengalirkan air melalui parit-parit yang dibuat di kanan kiri tanaman; cara curah/semprot dilakukan dengan menggunakan sprinkler, sehingga jatuhnya air menyerupai hujan; pengairan biasanya dilakukan pada sore atau menjelang malam hari, sehingga pada malam sampai pagi hari kebun menjadi lembab seperti habis hujan.
Penyakit bercak hitam pada buahPenyebab: Cendawan Cephaleuros coffea Gejala: mula-mula timbul bercak-bercak hitam pada kulit buah yang belum matang, bercak-bercak melebar hingga seluruh kulit buah mengering dan berwarna hitam, pada bercak tersebut timbul rambut-rambut halus yang pada ujungnya terdapat butiran-butiran spora berwarna merah. Pengendalian: (1) bila buah di kebun masih sangat muda dan panennya masih lama, maka tanaman boleh disemprot dengan fungisida, selanjutnya buah-buah yang terserang dipetik dan dibakar; (2) bila buah di kebun sudah cukup tua, maka buah tidak boleh disemprot dengan fungisida, buah tua yang terserang, dipetik dan direbus untuk diolah secara kering.
Penyakit buah rontok Penyebab: kebun terlalu lembab, gelap atau terlalu panas. Gejala: buah banyak yang rontok sebelum waktunya. Pengendalian: mengatur jumlah naungan setepat-tepatnya.

3.5.8. Gulma

Jenis gulma yang sering tumbuh: Alang-alang (Imperata cylindrica), teki (Cyperus rotundus), Cyanodon dactylon, Salvia sp. (beracun), Digitaria (beracun), belimbing-belimbingan (Oxalis spp.), dan Micania cordata.
Akibat/kelainan-kelainan: daun menguning, tanaman kerdil atau kurus, cabang-cabang palgiotrop mati, buah berukuran kecil, produksi rendah, kekeringan pada musim kemarau, atau gejala kekurangan unsur hara lainnya.
Pengendalian secara mekanis:
Lahan yang baru dibuka dan tidak segera ditanami, harus ditanami tanaman penutup tanah.
Bila gulma alang-alang masih saja tumbuh, sebaiknya memakai herbisida scout 180/22 AC dengan dosis sesuai anjuran.
Bedengan pembibitan harus selalu dibersihkan dari gulma dengan melakukan penyiangan 3 minggu sekali. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan tangan.
Pengendalian di daerah perakaran dilakukan dengan memberikan mulch (mulsa) atau penyiangan dengan menggunakan tangan.
Mulch ditumpuk di sekitar batang/daerah perakaran setebal ±15 cm.
Pengendalian di luar daerah perakaran dilakukan dengan menanami tanaman penutup tanah.
Apabila gulma tetap ada, dapat disiangi dengan cangkul, atau disemprot dengan herbisida.
Pengendalian secara kimiawi (dengan menggunakan herbisida), yaitu :a) Paraquat dicampur dengan Napropamide/Diuron/Terbumeton untuk memberantas gulma: Ageratum conizoides, Euphar biahirta, Erecktitas valeiranfoliab) Dalapon dicampur dengan Terbumeton untuk memberantas Axonopus compressus, Cynodon dactylon.c) Paraquat untuk memberantas Paspalum conjugatum.d) Dalapon disusul Paraquat untuk memberantas alang-alang (Imperata cylindrica).

3.6. Panen

3.6.1. Ciri dan Umur Panen

Umur panen: Tanaman kopi Robusta pada umur 2,5 tahun. Tanaman kopi Arabika pada umur 2,5-3 tahun. Di dataran rendah tanaman kopi lebih cepat berbuah.
Waktu pemanenan ada 3 tahap, yaitu:
Pemetikan pendahuluan, yang dilakukan pada bulan Februari/Maret untuk memetik buah yang terserang bubuk. Kopi yang terserang berwarna kuning sebelum berumur 8 bulan.
Petik merah (Panen raya / Pemetikan besar-besaran), dimulai pada bulan Mei/Juni untuk memetik buah yang sudah berwarna merah. Panen ini berlangsung selama 4-5 bulan dengan giliran pemetikan pertanaman 10-14 hari.
Petik hijau (Petik Racutan), dilakukan apabila sisa buah di pohon tinggal ± 10%. Caranya degan memetik semua buah yang masih tertinggal, baik yang merah maupun yang hijau.

3.6.2. Cara Panen

a) Buah kopi dipetik satu per satu dengan menggunakan tangan.b) Pemetikan di pohon yang tinggi dibantu dengan tangga.

3.6.3. Periode PanenKopi Liberika dapat dipanen sepanjang tahun. Kopi Robusta dan Arabika
yang ditanam di daerah kering berproduksi pada musim tertentu.

3.6.4. Prakiraan Produksi
Jumlah buah kopi yang dipetik pada pemanenan pertama biasanya sedikit. Jumlah produksi akan meningkat dari tahun ke tahun dan mencapai puncaknya setelah berumur 7-9 tahun. Produksi rata-rata pada umur 7-9 adalah 5-15 kuintal kopi beras/ha/tahun, tergantung jenisnya. Kopi robusta rata-rata mencapai 9-15 kwintal/ha/tahun, sedangkan Arabika 5-7 kwintal/ha/tahun dan apabila dikelola secara intensif bisa mencapai 20 kwintal/ha/tahun.

3.7. Pascapanen

3.7.1. PengumpulanKopi yang telah dipetik dikumpulkan dan dipisahkan antara warna yang merah, hijau atau hitam. Selanjutnya dibawa ke tempat pengolahan.

3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Tahap-tahap sortasi kopi asalan (dilakukan petani) adalah:
Sortasi penggolongan asal, jenis kopi, dan cara pengolahannya.Kopi dibedakan berdasarkan: pengolahan basah atau kering; gelondongan merah dan bernas, gelondongan hijau, kopi rambang, atau kopi yang terserang bubuk; dan dari jenis Robusta (berwarna hijau muda-hijau kekuningan), Arabika (berwarna kebiru-biruan), atau Liberika/HIbrida (berwarna kuning kecoklatan).
Sortasi untuk membersihkan kotoran Bertujuan untuk membersihkan kopi dari kopi gelondongan, kopi berkulit tanduk, dan kotoran, seperti pecahan ranting, kulit biji, tanah, kerikil, serangga, biji berjamur dan berbau busuk. Petani biasanya hanya melakukan sortasi sampai tahap ini.
Sortasi untuk menentukan kelas mutu Bertujuan untuk mengklasifikasikan kopi menurut standar mutu yang telah ditetapkan. Kopi dipisah-pisahkan menurut jumlah nilai atau kadar cacatnya

3.7.3. Penyimpanan
Syarat gudang penyimpanan:
Harus mempunyai aliran udara (ventilasi) yang lancar dan cukup, agar suhunya lebih konstan (stabil).
Suhu optimum gudang 20-25 derajat C dengan kelembaban 50-70 %.
Gudang harus bersih, bebas dari hama dan penyakit serta bau asing lainnya.Karung ditumpuk di lantai yang diberi alas bambu/kayu setinggi ± 10 cm. Sisi bawah dan samping karung tidak boleh berhubungan langsung dengan tembok atau lantai karena dapat menyebabkan kopi lembab.

3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Kopi yang sudah diklasifikasikan mutunya dicampur sampai rata dan disimpan dalam karung yang bersih dan kering. Untuk ekspor menggunakan karung HC green 1,2 kg. Masing-masing karung berisi 60 kg, sehingga berat kotor karung dan isinya menjadi 61 kg. Karung-karung diberi merek dan kode-kode tertentu yang telah ditetapkan standar mutu kopi. Mulut karung dijahit zig-zag dengan tali goni dan disimpan dalam gudang yang memenuhi syarat.



IV. Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek kopi cukup menggembirakan bila dilihat dari jumlah perolehan devisa dan jumlah kopi yang dikonsumsi di dalam negeri. Namun perdagangan kopi di Indonesia masih mempunyai banyak kendala yang cukup berat, yaitu terjadinya kelebihan produksi. Beberapa usaha telah dilakukan oleh pemerintah maupun pihak terkait untuk mengatasi hal tersebut, antara lain meningkatkan nilai ekspor dan tingkat konsumsi dalam negeri.
Usaha untuk meningkatkan nilai ekspor masih menemui hambatan, yaitu adanya kuota produksi oleh Organisasi Kopi Dunia (ICO) dan rendahnya mutu kopi Indonesia. Mutu kopi yang rendah berpengaruh terhadap harga dan pasaran ekspornya. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan yang menekankan pada peningkatan mutu kopi dan membatasi meluasnya areal kopi. Dengan kebijaksaan baru ini, diharapkan prospek kopi akan semakin cerah, karena harga kopi akan meningkat dan dapat menembus pasar ekspor yang lebih luas.





V. STANDAR PRODUKSI

5.1. Ruang LingkupStandar ini meliputi syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.

5.2. DiskripsiKopi adalah biji dari tanaman Coffe sp. dalam bentuk bugil dan sebelum digoreng.

5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

Jenis mutu
Berdasarkan jenis kopinya ada 3 golongan, yaitu: Robusta, Arabika, jenis-jenis lainnya.
Berdasarkan cara pengolahannya ada 2 golongan, yaitu: pengolahan kering dan pengolahan basah.
Berdasarkan nilai cacatnya ada 6 tingkat, yaitu: mutu 1,2,3,4,5, dan 6.
Klasifikasi mutu berdasarkan sistem nilai cacat.Mutu 1: Jumlah nilai cacat maksimum 11Mutu 2: Jumlah nilai cacat 12-25Mutu 3: Jumlah nilai cacat 26-44Mutu 4: Jumlah nilai cacat 45-80Mutu 5: Jumlah nilai cacat 81-150Mutu 6: Jumlah nilai cacat 151-225
Penentuan besarnya nilai cacat.Jenis cacat 1 (satu) biji hitam: nilai=12 (dua) biji hitam sebagian=11 (satu) biji hitam pecah=11 (satu) kopi gelondongan=14 (empat) biji coklat=11 (satu) husk ukuran besar=12 (dua) husk ukuran sedang=15 (lima) husk ukuran kecil=110 (sepuluh) biji berkulit ari (robusta proses basah)=12 (dua) biji berkulit tanduk=12 (dua) kulit tanduk berukuran besar=15 (lima) kulit tanduk berukuran sedang=110 (sepuluh) kulit tanduk berukuran kecil=15 (lima) biji pecah=15 (lima) biji muda=110 (sepuluh) biji berlubang satu=15 (lima) biji berlubang lebih dari satu=110 (sepuluh) biji bertutul-tutul (untuk proses basah)=11 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran besar=51 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran sedang=21 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran kecil=1Catatan : Nilai cacat pada data di atas merupakan penjumlahan nilai cacat dari 300 gram contoh kopi. Tiap jenis mutu kopi dapat diidentifikasi lebih lanjut dan disebutkan daerah asalnya.

Syarat mutu

Pengolahan kering
Kadar air maksimum ± 13% (bobot/bobot)
Kadar kotoran berupa ranting, batu, gumpalan tanah dan benda-benda asing lainnya, maksimum 0,5 % (bobot/bobot)
Bebas dari serangga hidup
Bebas dari biji berbau busuk, berbau kapang dan bulukan
Biji tidak lolos ayakan ukuran 3x3 mm (8 mesh) dengan maksimum lolos 1% (bobot/bobot)
Untuk bisa disebut biji ukuran besar, harus memenuhi persyaratan tidak lolos ayakan ukuran 5,6x5,6 mm (3,5 mesh) dengan maksimum lolos 1% (bobot/bobot)

Pengolahan basah
Kadar air maksimum ± 12% (bobot/bobot)
Kadar kotoran berupa ranting, batu, gumpalan tanah dan benda-benda asing lainnya, maksimum 0,5% (bobot/bobot)
Bebas dari serangga hidup
Bebas dari biji berbau busuk, berbau kapang dan bulukanUntuk Robusta dibedakan:
Biji berukuran besar (L) tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 7,5 mm dengan maksimum lolos 2,5% (bobot/bobot)
Biji ukuran sedang (M) lolos ayakan lubang bulat diameter 7,5 dan tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 6,5 mm dengan maksimum lolos 2,5% (bobot/bobot)
Biji ukuran kecil (S) lolos ayakan lubang bulat diameter 6,5 dan tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 5,5 mm dengan maksimum lolos 2,5% (bobot/bobot)Untuk jenis selain Robusta ukuran biji tidak dipersyaratkan.

5.4. Pengambilan Contoh

Cara pengambilan contoh:Contoh diambil secara acak sebanyak akar/pangkat dua dari jumlah karung, dengan maksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari tiap karung diambil secukupnya dari bagian atas, tengah dan bawah dengan menusuk karung sehingga diperoleh jumlah berat sebanyak kira-kira 10 kg.Contoh diaduk merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai contoh mencapai 1 kg, yang kemudian dimasukkan ke dalam kantong palstik, disegel dan diberi label untuk ditentukan mutunya.
Petugas pengambil contoh:Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat, yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih labih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.

5.5. Pengemasan

Cara pengemasan: kopi dikemas dengan sekurang-kurangnya satu lapis karung baru yang baik, kering dan bersih. Berat bersih tiap karung adalah 60 Kg.
Pemberian merek: nama barang, jenis mutu, identitas penjual, produce of Indonesia, berat bersih, nomor karung, identitas pembeli, pelabuhan/negara tujuan.

VI. REFERENSI

6.1. Daftar Pustaka
a) Abdurrani. 1994. Kegunaan Urine Sapi dalam Pembibitan Kopi. Dalam Kumpulan Kliping Kopi. Trubus. Jakarta.b) Aksi Agraris Kanisius, 1988, Bercocok Tanam Kopi, Kanisius, Yogyakarta.c) Aksi Agraris Kanisius, 1998, Budidaya Tanaman, Kanisius, Yogyakarta. d) Anonimous. 1994. Pengendalian Hama Tanaman Kopi. Dalam Kumpulan Kliping Kopi. Trubus. Jakarta.e) Anonimous. 1994. Pengendalian Hama Bubuk pada Buah Kopi. Dalam Kumpulan Kliping Kopi. Trubus. Jakarta.f) Anonimous. 1994 Hama Penggerek Buah Kopi dan Pengendaliannya. Dalam Kumpulan Kliping Kopi. Trubus. Jakarta.g) Asarie, M. 1994. Karat Daun Penyakit Kopi yang Merugikan. Dalam Kumpulan Kliping Kopi. Trubus. Jakarta.h) Najiyati, S. dan Danarti. 1999. Kopi. Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.i) Notodimedjo S., 1985, Budidaya Tanaman Karet dan Kopi, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.j) Nurisman. 1994. Pengendalian Gulma Kopi Tanpa Herbisida. Dalam Kumpulan Kliping Kopi. Trubus. Jakarta.k) Samodra, H. 1994. Mengendalikan Nematoda Luka Akar Kopi. Dalam Kumpulan Kliping Kopi. Trubus. Jakarta.l) Sarwono, B. 1994. Dosis Pemupukan Kopi yang Tepat. Dalam Kumpulan Kliping Kopi. Trubus. Jakarta.m) Sarwono, B. 1994. Analisa Kimia Daun untuk Membantu Pemupukan Kopi. Dalam Kumpulan Kliping Kopi. Trubus. Jakarta.

kopi

PENDAHULUAN
Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia. Jika potensi dahsyat ini bisa kita manfaatkan tidaklah sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di sektor perkebunan. Hanya butuh sedikit sentuhan teknis budidaya yang
tepat, niscaya harapan kita optimis menjadi kenyataan.

PT. Natural Nusantara berusaha mewujudkan harapan bersama tersebut dengan paket panduan teknis dan produk tanpa melupakan Aspek K-3 yaitu kuantitas, kualitas dan kelestarian yang kini menjadi salah satu syarat persaingan di era globalisasi.

II. PERSIAPAN LAHAN
- Untuk tanah pegunungan/miring buat teras.
- Kurangi/tambah pohon pelindung yang cepat tumbuh kira-kira 1:4 hingga 1: 8 dari jumlah tanaman kopi.
- Siapkan pupuk kandang matang sebanyak 25-50 kg, sebarkan Natural GLIO, diamkan satu minggu dan buat lobang tanam 60 x 60, atau 75 x 75 cm dengan jarak tanam 2,5x2,5 hingga 2,75 x 2,75 m minimal 2 bulan sebelum tanam

III. PEMBIBITAN
- Siapkan biji yang berkualitas dari pohon yang telah diketahui produksinya biasanya dari penangkar benih terpercaya.
- Buat kotak atau bumbunan tanah untuk persemaian dengan tebal lapisan pasir sekitar 5 cm.
- Buat pelindung dengan pelepah atau paranet dengan pengurangan bertahap jika bibit telah tumbuh
- Siram bibitan dengan rutin dengan melihat kebasahan tanah
- Bibit akan berkecambah kurang lebih 1 bulan, pilih bibit yang sehat dan lakukan pemindahan ke polibag dengan hati2 agar akar tidak putus pada umur bibit 2 -3 bulan sejak awal pembibitan
- Tambahkan pupuk NPK sebagai pupuk dasar (lihat tabel) hingga umur 12 bulan
- Siramkan SUPERNASA dosis 1 sendok makan per 10 liter air, ambil 250 ml per pohon dari larutan tersebut
- Setelah bibit umur 4 bulan semprotkan 2 tutup POC NASA per tangki sebulan sekali hingga umur bibit 7-9 bulan dan siap tanam

Tabel Dosis Pupuk Untuk Bibit Kopi

Umur (bln)
gr/m2
Urea
SP-36
KCl
3
10
5
5
5
20
10
10
7
30
15
15
9
40
20
20
12
50
25
25

Catatan : Jenis dan dosis pupuk bisa sesuai dengan anjuran dinas pertanian setempat. Perhatikan kelembapan tanah agar bibit tidak terkena serangan karat daun.

IV. PENANAMAN
- Masukkan pupuk kandang dengan campuran tanah bagian atas saat penanaman bibit.
- Usahakan saat tanam sudah memasuki musim hujan.
- Lakukan penyiraman tanah setelah tanam
- Hindarkan resiko kematian tanaman baru dari gangguan ternak.

V. PENYULAMAN
- Lakukan penyulaman segera jika tanaman mati atau gejala pertumbuhannya tidak normal.
- Penyulaman dilakukan awal musim hujan

VI. PENYIRAMAN
Lakukan penyiraman jika tanah kering atau musim kemarau

VII. PEMUPUKAN
- Pemupukan NPK diberikan dua kali setahun, yaitu awal dan akhir musim hujan.
- Setelah pemupukan sebaiknya disiram.

Jenis dan Dosis Pupuk Makro sesuai table.

Tahun
gr/pohon/tahun
Urea
SP-36
KCl
1
2 x 25 2 x 25 2 x 20
2
2 x 50 2 x 50 2 x 40
3
2 x 75 2 x 70 2 x 40
4
2 x 100 2 x 90 2 x 40
5 - 10
2 x 150 2 x 130 2 x 60
> 10
2 x 200 2 x 175 2 x 80

Catatan : Jenis dan Dosis pupuk sesuai dengan jenis tanah atau rekomendasi dinas pertaniam setempat

Cara pemupukan dibuat lubang kecil mengelilingi tanaman sejauh ¾ lebar tajuk, pupuk dimasukan dan ditutup tanah.
Akan lebih baik ditambah pupuk organik SUPERNASA dosis 1 botol untuk ± 200 tanaman . 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon atau siram atau kocorkan SUPERNASA 1 sendok makan per 10 liter air setiap 3-6 bulan sekali.
Semprotkan POC NASA 3-4 tutup + HORMONIK 1-2 tutup per tangki setiap 1 bulan sekali

VIII. PEMANGKASAN
Lakukan pemangkasan rutin setelah berakhirnya masa panen (pangkas berat) untuk mengatur bentuk pertumbuhan, mengurangi cabang tunas air (wiwilan), mengurangi penguapan dan bertujuan agar terbentuk bunga, serta perbaikan bagian tanaman yang rusak.
Pemangkasan pada awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan

IX. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

A. H A M A
1. Bubuk buah kopi (Stephanoderes hampei) serangan di penyimpanan buah maupun saat masih di kebun . Pencegahan dengan PESTONA atau BVR secara bergantian
2. Penggerek cabang coklat dan hitam (Cylobarus morigerus dan Compactus ) menyerang ranting dan cabang. Pencegahan dengan PESTONA.
3. Kutu dompolan (Pseudococcus citri) menyerang kuncup bunga, buah muda, ranting dan daun muda, pencegahan gunakan PESTONA, BVR atau PENTANA.+ AERO 810 secara bergantian

B. PENYAKIT
1. Penyakit karat daun disebabkan oleh Hemileia vastatrix , preventif semprotkan Natural GLIO
2. Penyakit Jamur Upas disebabkan oleh Corticium salmonicolor : Kurangi kelembaban , kerok dan preventif oleskan batang/ranting dengan Natural GLIO + POC NASA
3. Penyakit akar hitam penyebab Rosellina bunodes dan R. arcuata. Ditandai dengan daun kuning, layu, menggantung dan gugur. preventif dengan Natural GLIO
4. Penyakit akar coklat penyebabnya : Fomes lamaoensis atau Phellinus lamaoensis preventif dengan Natural GLIO
5. Penyakit bercak coklat pada daun oleh Cercospora cafeicola Berk et Cooke pencegahan dengan Natural GLIO
6. Penyakit mati ujung pada ranting.Penyebabnya Rhizoctonia .Preventif gunakan Natural GLIO.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

X. P A N E N
Kopi akan berproduksi mulai umur 2,5 tahun jika dirawat dengan baik dan buah telah menunjukkan warna merah yang meliputi sebagian besar tanaman, dan dilakukan bertahap sesuai dengan masa kemasakan buah.

XI. PENGOLAHAN HASIL
Agar dipersiapkan terlebih dahulu tempat penjemuran, pengupasan kulit dan juga penyimpanan hasil panen agar tidak rusak akibat hama pasca panen. Buah panenan harus segera diproses maksimal 20 jam setelah petik untuk mendapatkan hasil yang baik.

Penyebab Kerusakan Kopi Beras :
1. Biji keriput : asal buah masih muda
2. Biji berlubang :kopi terserang bubuk
3. Biji kemerahan : Kurang bersih mencucinya
4. Biji pecah : mesin pengupas kurang sempurna, berasal dari buah yang terserang bubuk, pada saat pengupasan dengan mesin kopi terlalu kering.
5. Biji pecah diikuti oleh perubahan warna: mesin penguap dan pemisah kulit dengan biji kurang sempurna, fermentasi pada pengolahan basah kurang sempurna.
6. Biji belang : pengeringan tidak sempurna, terlalu lama disimpan , suhu penyimpanan terlalu lembab.
7. Biji Pucat : terlalu lama disimpan di tempat lembab
8. Biji berkulit ari : Pengeringan tidak sempurna atau terlalu lama, pada pengeringan buatan suhu awal terlalu rendah.
9. Biji berwarna kelabu hitam : pada pengeringan buatan suhunya terlalu tinggi.
10. Noda-noda cokelat hitam : pada pengeringan buatan, kopi tidak sering diaduk/dibolak-balik.

Tuesday, December 08, 2009

Hama Penyakit Tanaman Mendong

Beberapa hama penyakit yang dijumpai di areal tanaman mendong adalah sebagai berikut :
  1. Belalang ( jawa walang ) jenis Locusta migratoria manilenses yang termasuk keluarga Acrididae dan bangsa Orthoptera. Belalang yang masih berupa nympha ataupun belalang yang sudah dewasa memakan batang mendong yang masih muda sehingga mengakibatkan batang mendong berlubang-lubang atau bahkan patah, dengan demikian serangan hama ini akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman mendong. Masa dewasa dari belalang dari jenis Locusta migratoria manilenses berlangsung selama 25 – 35 hari. Belalang betina yang sudah dewasa dan sudah satina untuk bertelur akan meletakkan telur-telurnya dalam tanah. Satu kelompokan telur berisi 5 – 7 butir telur. Selama hidupnya, belalang jenis ini dapat bertelur hingga 500 butir telur. Selama masa dewasa belalang ini mengalami fase-fase menggerombol, transisi dan menyendiri. Cara pengendalian hama Locusta migratoria manilensis adalah sebagai berikut :
    1. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan cara ditangkap kemudian dimusnahkan.
    2. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida misalnya Basudin 60 EC, Basudin 60 SCO, Demicron 50 SCW, Agrolena 26 WP dan Sevidol 20 / 20 WP. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dalam keadaan yang terpaksa karena pengendalian cara lain sudah tidak dapat dilakukan lagi. Dan untuk mencegah dampak negatif pada lingkungan yang lebih luas.
    3. Pengendalian secara biologis dengan menyebarkan musuh alami belalang tersebut.
  2. Penggerek batang Kuning ( Scirpophoga incertulas ) yang biasa dijumpai di lahan pertanaman mendong dengan intensitas serangan ringan. Kondisi ini dikarenakan kecenderungan petani untuk menanam mendong secara monokultur dan terus menerus sepanjang tahun. Daun mendong yang terserang penggerek batang kuning mudah dicabut, kerusakan akibat gerekan dan kadang-kadang kotoran larva ( ulat ) dapat terlihat pada pangkal batang yang dicabut. Pengendalian hama penggerek batang kuning ini adalah sebagai berikut :
    1. Perbaikan pola tanam mendong – mendong – palawija / sayur-sayuran.
    2. Penaburan pestisida berbahan aktif karbofuran yaitu Furadan 3 G / Ha atau Regent 0,3 dosis 1 Kg / Ha diberikan secara hati-hati apabila tanaman mendong mulai tampak terserang hama.
  3. Gejala hawar oleh Jamur Rhizoctonia sp.
    Pada awalnya terlihat gejala bercak berwarna abu-abu kehijauan yang dapat berkembang pada pangkal batang atau pelepah dekat permukaan air. Bercak berbentuk elip atau oval,  berukuran panjang 1 cm memanjang 2,3 cm, kemudian menyatu. Batas tepi bercak dan variasi warna memberikan suatu tanda yang jelas pada tanaman yang terinfeksi dalam kondisi kelembaban optimal, batang tanaman lain yang bersinggungan dengan bagian yang terinfeksi dapat terinfeksi juga. Faktor yang berpengaruh antara lain iklim di sekitar tanaman terlalu lembab sehingga sinar matahari tidak mampu menembus bagian bawah tanaman, akibatnya memacu perkembangan penyakit.
    Cara pengendalian sebagai berikut :
    1. Menghilangkan sumber inokulum ( tanaman sakit ).
    2. Penaburan kapur ke lahan dengan dosis 30 Kg / 1000 M²
    3. Penggunaan pupuk N diupayakan tidak melebihi dosis anjuran
Hama dan Penyakit pada tumbuhan

Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.

Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses – proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia menggunakan oat – obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakan untuk membasmi jamur disebut fungsida.

Pembasmi hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat harus secara hati – hati dan tepat guna. Pengunaan pertisida yang berlebihan dan tidak tepat justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih besat. Hal itu disebabkan karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh karena itu pengguna obat – obatan anti hama dan penyakit hendaknya diusahakan seminimal dan sebijak mungkin.

Secara alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering kali musuh alamiah hama hilang. Akibat hama tersebut merajalela. Salah satu contoh kasus yang sering terjadi adalah hama tikus. Sesungguhnya, secara ilmiah, tikus mempunyai musuh yang memamngsanya. Musuh alami tikus ini dapat mengendalikan jumlah populasi tikus. Musuhnya tikus itu ialah Ular, Burung hantu, dan elang. Sayangnya binatang – binatang tersebut ditangkapi oleh manusia sehingga tikus tidak lagi memiliki pemangsa alami. Akibatnya, jumlah tikus menjadi sangat banyak dan menjadi hama pertanian.

A. Hama

Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tumbuhan sehingga pertumbuhan dan perkemabanganya terganggu. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.

1. Tikus

Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas, dan kemampuan untuk berkembang biak yang sangat tinggi. Masa reproduksi yang relative singkat menyebabkan tikus cepat bertambah banyak. Potensi perkembangbiakan tikus sangat tergantung dari makanan yang tersedia. Tikus sangat aktif di malam hari.

Tikus menyerang berbagai tumbuhan. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji – bijian tetapi juga batang tumbuhan muda. Yang membuat para tikus kuat memakan biji – bijian sehingga merugikan para petani adalah gigi serinya yang kuat dan tajam, sehingga tikus mudah untuk memakan biji – bijian. Tikus membuat lubang – lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak – semak. Apabila keadaan sawah itu rusak maka berarti sawah tersebut diserang tikus.

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara – cara sebagai berikut :

a. Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.

b. Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.

c. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen.

d. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati – hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.

2. Wereng

Wereng adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang – lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya mati. Hama wereng ini dapat dikendalikan dengan cara – cara sebagai betikut :

a. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2 bulan.

b. Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba – laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata.

c. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.

3. Walang Sangit

Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakansalah satu hama yang juga meresahkan petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau. Serangga ini berwarnahijau kemerah- merahan.

Walang sangit menghisab butir – butir padi yang masih cair. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat. Kulit biji iu akan berwarna kehitam – hitaman. Faktor – faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai berikut.

a. Sawah sangat dekat dengat perhutanan.

b. Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.

c. Penanaman tidak serentak

Pengendalian terhadap hama walang sangit dapat dilakukan sebagai berikut.

a. Menanam tanaman secara serentak.

b. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.

c. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.

d. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.

e. Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba – laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.

f. Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.

Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji – biji yang sudah mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.

4. Ulat

Kupu – kupu merupakan serangga yang memiliki sayap yang indah dan benareka ragam. Kupu – kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika menetas menjadi larva. Kita bisa sebut larva kupu – kupu sebagai ulat. Pada fase ini, ulat aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.

Upaya pemberantasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian bawah daun.

b. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.

c. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pertisida.

5. Tungau

Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut. Hama ini banyak terdapat pada musim kemarau. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar.

B. Penyakit Tumbuhan

Jenis – jenis penyakit yang menyerang tumbuhan sangat banyak jumlahnya. Penyakit yang menyerang tumbuhan banyak disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya jamur, bakteri, dan alga. Penyakit tumbuhan juga dapat disebabkan oleh virus.

1. Jamur

Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya. Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan.

Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok.

Jika jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Batang yang terserang umumnya akan membusuk, mula – mula dari arah kulit kemudian menjalar ke dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk, kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati.

Contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah sebagai berikut.

a) Penyakit pada padi.

Penyakit pada ruas batang dan butir padi disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzea. Ruas – ruas batang menjadi mudah patah dan tanaman padi akhirnya mati. Selain itu, terdapat pula penyakit yang menyebabkan daun pedi menguning. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Magnaporthegrisea.

b) Penyakit embun tepung.

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Peronospora parasitica. Jamur ini kadang – kadang menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga biji menjadi keropos dan akhirnya mati. Jamur ini kadang – kadang menyerang daun pertama pada kecambah sehingga tumbuhan menjadi kerdil. Tumbuhan kerdil dapat tumbuh terus tapi pada daun – daunnya terdapat kercak – bercak hitam.

Untuk memberantas jamur ini dilakukan pengendalian secara kimia, yaitu dengan pemberian fungsida pada tanaman yang terserang jamur.

2. Bakteri

Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagian tumbuh tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk, dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama – kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi dengan menggunakan bakterisida.

Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang menyerang pembuluh tapis batang jeruk (citrus vein phloem degeneration atau CVPD). CVPD disebabken oleh bakteri Serratia marcescens. Gejalanya adalah kuncup daun menjadi kecil dan berwarna kuning, buah menjadi kuning, sehingga lama – kelamaan akan mati. Penyakit CVPD yang belum parang dapat disembuhkan dengan terramycin, yang merupakan sejenis antibiotik.

3. Virus

Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular dan menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit untuk disembuhkan. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit daun tembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini disebabkan oleh virus TMV (tabacco mosaic virus) yang menyerang permukaan atas daun tembakau. Virus juga dapat menyerang jeruk. Penularan melalui perantara serangga.

4. Alga (Ganggang)

Keberadaan alga juga perlu diaspadai karena dapat menyebabkan bercak karat merah pada daun tumbuhan. Tumbuhan yang biasanya diserang antara lain jeruk, jambu biji, dan rambutan. Bagian tumbuhan yang diserang oleh alga biasanya bagian daun, ditandai adanya bercak berwarna kelabu kehijauan pada daun, kemudian pada permukaannya tumbuh rambut berwarnya cokelat kemerahan. Meskipun ukurannya kecil, bercak yang timbul sangat banyak sehingga cukup merugikan

Langkah – langkah yang harus dilakukan agar tumbuhan tidak tersenang penyakit antara lain sebagai berikut.

a) Usahakan tumbuhan selalu dalam kondisi prima atau sehat dengan cara tercukupi segala kebutuhan zat haranya.

b) Jangan membiarkan tumbuhan terlalu rimbun, pangkaslah sehingga selaruh bagian tumbuhan mendapatkan sinar matahari yang cukup.

c) Jangan biarkan tumbuhan terserang kutu, tungau, atau hewan yang lain yang serung membawa bakteri atau jamur.

d) Usahakan lingkungan selalu bersih.

e) Perhatikan tumbuhan sesering mungkun sehingga penyakit dapat terdeteksi sedini mungkin.

f) Jika terdapat gejala – gejala yang tampak, pangkaslah bagian tumbuhan (daun, buah, ranting) yang terserang, kemudian dibakar agar tidak menular ke bagian atau tumbuhan yang lainnya.

g) Penggunaan pertisida sebagai alternative terakhir untuk pengobatan hama dan penyakit pada tumbuhan.

“Penggunaan Pestisida untuk Memberantas Hama dan Penyakit”

Penggunaan pestisida sintetis membutuhkan kecermatan, baik mengenai pilihan pestisida yang aman maupun petunjuk pemakaiannya. Hasil pemantauan rutin dapat digunakan untuk mengetahui Janis hama dan penyakit yang menyerang, dan menentukan jenis pestisida yang sesuai sasaran. Pemantauan juga bermanfaat agar penyemprotan tidak terlambat dengan menggunakan dosis dan waktu yang tepat sehingga pengendalian hama dan penyakit dapat berhasil.

Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida harus memperhatikan jenis hama dan penyakit yang ada, populasi, serta tahap pengembangan hama tersebut. Penggunaan pestisida dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan hal -– hal berikut.

a) Pestisida biologi disesuaikan dengan jenis hama yang menyerang.

b) Pestisida harus selektif, yaitu untuk hama atau penyakit yang menyerang jenis tanaman tertentu.

c) Formulasi pertisida harus sesuai. Misalnya untuk hama yang masuk ke dalam bunga kurang cocok jika digunakan penyemprotan, namun lebig efektif jika berbentuk kabut sehingga lebih mudak untuk masuk ke dalam bunga.

d) Pestisida sistemik (masuk ke jaringan tumbuhan) atau kontak bersentuhan dengan hama, disesuaikan dengan tahap perkembangan hama. Pada fase dewasa, kutu putih mungkin sulit dikendalikan dengan perstisida kontak karena tubuhnya memiliki lapisan luar yang dapat melindunginya dari semprotan langsung. Pestisida sistemik akan lebih efektif karena larva yang baru menetas dan makan daun akan meti karena bahan aktif yanga ada dalam tumbuhan akan meracuni hama tersebut.

C. Gulma

Selain hama dan penyakit yang menyerang tumbuhan dan merugikan petani, gulma juga perlu mendapat perhatian khusus. Pada petani kadang kurang memperhatikan gulma sehingga dalam kurun waktu tertentu populasi gulma sudah melebihi batas. Gulma – gulma ini akan berkompetisi dengan tanaman utama dalam mendapatkan unsur hara yang diperlukan pertumbuhannya. Gulma dapat menjadi tempat persembunyian hama. Pembersihan gulma sangat penting untuk menekan perkembangan hama yang dapat menyerang tumbuhan.

Berdasarkan karaktristik yang dimiliki, gulma dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu teki, rumput, dan gulma daun lebar.

1. Teki

Kelompok teki – tekian memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanis, karena memiliki umbu batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan – bulan. Contohnya adalah teki ladang (Cyperus rotundus).

2. Rumput

Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki tetapi menghasilkan stolon. Stolon ini di dalam tanah berbentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contohnya adalah alang – alang (Imperata cylindrica).

3. Gulma daun lebar

Berbagai macam gulma dari ordo Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budi daya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Contoh dari gulma berdaun lebar ini adalah daun sendok.

“Pengendalian Gulma”

Pengendalian gulma memerlukan strategi yang khas untuk setiap kasus. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan pengendalian gulma antara lain sebagai berikut :

a) Jenis gulma dominan

b) Tanaman budi daya utama

c) Alternatif pengendalian yang tersedia

d) Dampak ekonomi dan ekologi

Saat ini cukup banyak hebisida (pembasmi gulma) yang tersedia di toko pertanian. Meskipun demikian, kita perlu hati – hati dalam memilih dan menggunakan herbisida. Memperhatikan cara pemakaian herbisida dengan benar sangatlah dianjurkan.

Tujuan pembersihan gulma antara lain untuk mengurangi tumbuhan pengganggu yang akan menjadi pesaing tanaman utama. Selain itu juga karena gulma merupakan inang alternetif dan tempat persembunyian hama penyakit.

Setelah mempelajari tentang gulma yang selalu merugikan manusia, ada juga gulma yang tidak merugikan bagi siapapun, yaitu tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa l.), entah kenapa tanaman ini termasuk gulma, kami mendapatkan ini dari satu media Internet yang membahas tentang hama dan penyakit tumbuhan. Padahal pengertian dari gulma itu sendiri yaitu tanaman pengganggu yang menekan pertumbuhan hama dan penyakit, dilihat dari sisi manfaat tanaman rosela banyak sekali, antara lain mengatasi batuk, lesu, demam, gusi berdarah, penahan kekejangan, anti cacing, anti bakteri, anti septik, menurunkan kolesterol dalam darah, asam urat. Melihat dari manfaat – manfaat tanaman ini, tanaman ini tidak menunjukkan tanaman yang mendatangkan penyakit bagi manusia, malah kebalikannya, tanaman ini dapat menyembuhkan beberapa penyakit manusia, jadi mengapa banyak orang yang menyebut tanaman ini menjadi tanaman gulma? Karena tanaman rosela ini mudah sekali terserang penyakit dan menularkannya ke tumbuhan lain, dan banyak sekali hewan – hewan hama hinggap di daun / batangnya.

Hama penyakit


Penyakit Tanaman (Fitopathology)

PENDAHULUAN






 Kehidupan mahluk di dunia ini selalu tergantung dari dunia tumbuhan secara langsung maupun tidak langsung. Tumbuhan dapat memanfaatkan sumber energi matahari dan mengolahnya bersama, zat-zat lainnya menjadi zat makanan yang sangat berguna untuk mahluk hidup. Selain tumbuhan dapat menghasilkan bahan pangan bagi rnanusia dan mahluk lainnya, juga melengkapi keperluan hidup kita dengan bahan sandang dan papan serta bahan untuk keperluan hidup lainnya.
Secara tidak langsung tumbuhan berguna untuk mengatur tata air dalam tanah dan mempertahankan kesuburan tanah terhadap bahaya erosi. Selain itu sebagai akibat proses asimilasi maka tumbuhan dapat mengisi kekurangan atmosfir akan zat oksigen.
Dengan demikian dapat dipahami akan ketergantungan kehidupan kita akan tumbuhan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan sudah makin terbatasnya areal yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman yang berguna, maka dunia kita menghadapi berbagai kesulitan untuk memenuhi keperluan hidup dan memberi kesejahteraan penduduk dunia.

1. Faktor pembatas dibidang produksi pertanian.
Untuk memenuhi kebutuhan akan bahan pangan saja untuk penduduk dunia yang berjumlah 3 milyar pada waktu sekarang kita telah mendapat kesulitan dan kita sudah dapat membayangkan kesulitan yang akan kita hadapi pada tahun 2000 nanti dimana penduduk dunia sudah meningkat lagi sampai sekitar 5 milyar jumlahnya sedang luas areal pertanian makin terbatas. Keterbatasan ini di sebabkan karena antara lain, perluasan pemukiman dan areal perindustrian, adanya hutan lindung, banyak tanah yang rusak karena salah pengelolaan dan sebagainya. Dengan demikian peningkatan produksi pertanian diwaktu yang akan datang diharapkan dari penambahan hasil per satuan luas dan per satuan waktu.
Berbagai usaha dibidang pertanian telah dilakukan secara simultan seperti pemakaian jenis ungul, pengairan yang cukup, pengerjaan tanah serta pemeliharaan tanaman yang memenuhi persyaratan dan pemberantasan hama penyakit tumbuhan.
Kesemua tindakan tersebut perlu mendapat perhatian yang sama. Karena jika tidak demikian, maka segi yang kurang mendapat perhatian akan menjadi faktor pembatas termasuk gangguan hama dan penyakit tumbuhan.

2. Pentingnya perlindungan tanaman terhadap penyakit tumbuhan.

Gangguan terhadap tanaman telah terjadi sejak berabad-abad lamanya. Dalam sejarah telah tercatat berbagai kejadian yang telah mempengaruhi perekonomian negara seperti antara lain.
·         Penyakit daun kentang (Phytophtora infestans) di Irlandia pada pertengahan abad ke 19.
·         Penyakit karat daun kopi (Hemileia vastatrix) di Srilangka, Indonesia dan negara-negara sekitarnya pada akhir abad ke 19
·         Penyakit cacar daun teh (Exobasidium vexans) di India, Srilangka, Indonesia dan negara-negara disekitarnya pada pertengahan abad ke 20
·         Penyakit denegerasi pada jeruk yang lebih terkenal dengan CPVD pada tahun 1950-an.
Selain itu masih banyak lagi penyakit yang menjadi bahaya potensial diwaktu yang akan datang biak yang sekarang sudah berada di negara lain dan belum rnasuk ke Indonesia atau sudah berada di negara kita, tapi rnasih tergolong penyakit yang belum mempunyai arti ekonomi penting. Gangguan tersebut akan masih terasa jika digunakan kultivar tanaman tertentu secara luas dengan teknologi maju. Banyak diantara kultivar tanaman yang dapat berproduksi tinggi tidak tahan terhadap penyakit-penyakit penting. Atau walaupun dapat diketemukan kultivar yang tahan hanya terbatas terhadap satu atau beberapa macam penyakit saja sedangkan sering terjadi, satu macam tanaman dapat terganggu pertumbuhannya oleh berbagai macam penyakit. Gangguan penyakit tidak. saja terbatas di pertanaman, tetapi terdapat pula diternpat penyimpanan, ditempat pemasaran dan sebagainya. Jadi akan sangat berbahaya sekali usaha peningkatan produksi pertanian, tidak memperhatikan terhadap kemungkinan adanya gangguan oleh penyakit tumbuhan.
Menurut taksiran kasar di Amerika Serikat kehilangan hasil bahan makanan oleh gangguan penyakit berkisar sekitar 6 - 20 persen. Sebagai contoh dapat dikemukakan taksiran kerugian pada tahun 1965 oleh penyakit di Amerika Serikat setiap tahunnya untuk berbagai komoditi pangan sebagai berikut:

Kentang
24%

Gandum
28%

Buah-buahan
30%

Jagung
15%

Kacang-kacangan
22%

Bunga-bungaan
15%

Tebu
14%

Padi
6%
Khusus mengenai penyakit padi yang banyak merugikan di Amerika Serikat ialah cendawan Piricularia oryzae kemudian menyusul busuk akar yang disebabkan oleh berbagai patogen, Helminthosporium oryzae, Coshiobolus miyabeanus, Cercospora oryzae, Leptospaeria salvini, Rhizoctonia oryzae, dan sebagainya.
Untuk negara-negara Asia termasuk Indonesia besarnya kerugian produksi padi oleh gangguan hama, penyakit dan tanaman pengganggu keseluruhannya berjumlah sekitar 57 persen sedangkan kerugian oleh penyakit sendiri sebesar 10 persen. Diantara negara Asia hanya Jepang yang telah dapat menekan kerugian oleh gangguan tersebut hingga 13 persen termasuk kerugian oleh penyakit sendiri sebesar 4 persen.
Jika keadaan lingkungan memungkinkan untuk perkembangan penyakit, maka kerugian akan lebih besar lagi sehingga dapat menggagalkan panen. Banyaknya kerugian karena penyakit ini disebabkan antara lain, karena kemungkinan penggunaan benih yang kurang baik, pemeliharaan tanaman yang tidak memadai, cara penyimpanan dan pengangkutan ying kurang sempurna, serta kurangnya usaha penanggulangan penyakit.
Akibat dari kerugian penyakit tumbuhan tersebut tidak saja mempengaruhi bidang ekonomi, tapi jika menyangkut kepentingan masyarakat luas akan mengakibatkan ketenteraman hidupnya terganggu. Dengan demikian perlu selalu diperhatikan terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dibidang produksi pertanian termasuk gangguan yang disebabkan oleh penyakit tumbuhan.